Tragedi Gunung Marapi: Jangan Salahkan Mereka

Tragedi Gunung Marapi: Jangan Salahkan Mereka
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sudah membuat peta rawan bencana di puncak Gunung Marapi. Mestinya BKSDA Sumbar memasang rambu bahayanya (ilustrasi)

SuaraSrikandi.com, Batam – Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.  Langkah, pertemuan, kematian itu rahasia Illahi. Sama dengan peristiwa Gunung Marapi, Minggu (3/12/2023) siang.

Tak seorang pun bisa menebak Gunung Marapi yang berstatus Level II Waspada sejak Agustus 2011 itu erupsi atau meletus. Mengeluarkan abu vulkanik dan material pasir bercampur kerikil pada pukul 14.52 WIB.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Pos Pengamat Gunung Api di Bukittinggi juga tidak menyangka Gunung Marapi akan erupsi begitu dahsyat. Mengeluarkan abu dengan tinggi kolom 3000 meter dan terpantau pijaran api di puncak.

Saya kutip disini pernyataan Kepala PVMBG Hendra Gunawan, Senin (4/12/2023); “Peralatan deformasi (Tiltmeter) di stasiun puncak menunjukkan pola mendatar pada sumbu radial dan sedikit inflasi pada sumbu tangensial, menunjukkan proses erupsi yang cepat dan pusat tekanan dangkal.”

Banyak komentar netizen Indonesia (ini lagi ramai) yang sinis; “Sudah tahu gunung marapi berbahaya, kenapa mendaki” atau pernyataan sinis lainnya.

Level II Waspada

Untuk diketahui, status Gunung Marapi memang Level II Waspada. Dalam status ini ‘sebenarnya’ tidak boleh mendekati kawasan puncak gunung dalam radius 3 km. Atau radius yang sudah dipasang rambu.

Namun pada pertengahaan Juli 2023 lalu, BKSDA Sumatera Barat sebagai pengelola Taman Wisata Alam Marapi telah membuka pendakian ke Gunung Marapi. Sebelumnya, sejak Januari 2023, Marapi tertutup untuk pendakian -tapi ada juga yang tetap naik sampai ke puncak.

Pembukaan pendakian dilakukan dengan berbagai syarat. Pendakian harus rombongan, minimal tiga orang dalam satu grup dan maksimal 10 orang. Jumlah pendaki pada satu hari dibatasi 100 orang di hari biasa, dan 150 orang pada week end.

Tragedi Gunung Marapi: Jangan Salahkan Mereka
Dengan pendaftaran online, semua pendaki terdata, nama, alamat dan nomor hp ada (bksda sumbar)

Pendakian hanya boleh dilakukan siang hari, mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB.

Untuk bisa mendaki, para pendaki harus mendaftar online melalui BKSDA Sumbar dan melakukan pembayaran tiket. Biaya pendakian Rp15.000/orang.

Selesai pendaftaran, catat nama, nomor HP dan barang bawaan dan pembayaran administrasi, mereka baru boleh mendaki. Jalur pendakian pun sudah ditentukan, hanya boleh di tiga pintu masuk; Batu Palano, Koto Baru dan Aia Angek.

Jadi jelas ya, mereka mendaki karena sudah dapat izin dari pihak pengelola. Artinya, pihak pengelola TWA Marapi melihat kondisi waktu itu aman untuk didaki.

Dengan sistem ini semua jadi terdata dan teratur. Nama dan jumlah pendaki tercatat naik dan turun.

Ini jugalah yang banyak membantu ketika peristiwa erupsi ini terjadi. Data sudah ada, tinggal mencatat berapa yang sudah turun saat erupsi, berapa yang belum turun. Petugas pun bisa mengontak si pendaki, karena nomor HP sudah ada. Disinilah diketahui berapa jumlah yang belum ketemu atau belum turun.

Beda dengan dulu. Ketika terjadi erupsi seperti ini -pernah kejadian- tim sar sudah pusing mencari di atas, ternyata yang dicari sudah makan enak di rumahnya.

Ceritanya, pasca kejadian, si pendaki langsung meluncur turun dan naik mobil agkutan pulang ke rumah tanpa melapor.

Jadi, berhentilah menyalahkan mereka. Apa yang terjadi sekarang itu adalah takdir, suratan dari Yang Maha Kuasa.

Tragedi Gunung Marapi: Jangan Salahkan Mereka
Evakuasi pendaki (basarnas)

Pelajaran Buat BKSDA Sumbar

Peristiwa ini menjadi pelajaran bagi BKSDA Sumbar sebagai pengelola TWA Marapi. Jika memang ada jalur rawan bencana yang tidak boleh didekati seperti yang dibuat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), buatkanlah tanda tidak boleh mendekat. Seperti tanda yang dibuat penjaga pantai.

Jadi saat pendaki mencapai puncak, mereka tahu jarak batas aman ketika gunung tiba-tiba erupsi seperti sekarang, dan mereka pun tahu jalur aman untuk evakuasi, seperti yang dibuat kawan-kawan mitigasi bencana tsunami.

Tragedi Gunung Marapi: Jangan Salahkan Mereka
Penulis (dok pribadi)

Batam, 4 November 2023
Pendaki Tua yang merindukan bau belerang Marapi
Denni Risman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *